Pelajaran IPA adalah pelajaran yang menyenangkan kalau kita mampu menerapkan pembelajaran kepada siswa dengan konsep dan praktikum yang seimbang.
Pelajaran IPA dimulai dari kelas 1 SD dan akan terus diajarkan sampai tingkat SMA (jika kita memilih kelas IPA).
Materi yang diterima secara umum dari SD sampai SMA biasanya hampir sama.
Contoh : ketika mengajarkan tentang BENDA. Maka mulai kelas 1 SD sampai SMA pun akan mendapatkan materi dengan tema yang sama tetapi isinya semakin berkembang.
Untuk kelas 1 SD, siswa akan mengenal benda di sekitar berdasarkan bentuk dan ukuran secara sederhana.
Kelas 2, siswa akan mengenal benda berdasar wujud padat dan cair.
Kelas 3, siswa mengenal benda berdasar wujud yaitu padat, cair dan gas dengan beberapa sifat sederhananya.
Kelas 4, siswa juga belajar benda berdasar wujudnya dengan mengenalkan padat, cair dan gas. Materinya sama tetapi ciri-cirinya berkembang lebih luas lagi, karena siswa dikenalkan dengan beberapa sifat yang mencirikan wujud benda tertentu.
Kelas 5, siswa mengenal benda dan apa yang dialaminya ketika nerinteraksi dengan alam (pelapukan, perubahan bentuk benda, dll)
Dari sini bisa kita lihat, walaupun Kompetensi Dasar(KD)nya sama, tetapi indikator yang dipelajari tentu berbeda dan disesuaikan pila dengan kemampuan siswa menerima yang tentunya juga didasarkan pada usia mereka.
Sehingga, ketika ada program pemampatan materi dalam kelas, maka pelajaran IPA ini tidak bisa disederhanakan kemudian cukup diajarkan pada kelas tertenttu sebagai perwakilan dari beberapa KD yang sama.
Pelajaran tertentu pasti memiliki hirarki tersendiri dalam penjabaran yang harus diberikan kepada siswa. Mungkin akan lebih bijak apabila program yang akan diterapkan kepada siswa didiskusikan dan dianalisis lebih mendalam sebelum diterapkan kepada siswa.
Secara positip pasti ada banyak manfaat ketika seorang guru mampu menyatukan dan memampatkan sebuah KD/indikator yang harus diberikan kepada siswa. Karena dengan demikian tidak banyak waktu yang tersita ketika seorang guru cukup mengajarkan tema yang sama di beberapa bidang studi yang berbeda sehingga waktu tersebut dapat digunakan untuk pembelajaran yang lebih bermanfaat lainnya kepada siswa. Tetapi.....
Sudut pandang yang akan diberikan oleh guru dalam mengajarkan suatu materi tentunya akan terkotakkan pula pada bidang studinya. Contohnya ketika seorang guru mengajarkan lingkungan sehat di pelajaran IPS dan pelajaran Agama Islam tentu sudutpandangnya akan berbeda sesuai dengan lingkup mana materi itu dimasukkan.
Mungkin bila itu terjadi, maka untuk mengintegralkan materi itu disesuaikan dengan bidang studinya, maka dapat dikembangkan dengan menjabarkan indikatornya.
Indikator akan menjadi acuan seorang guru untuk mengajarkan suatu materi berdasarkan kalimat yang dituliskan pada indikator tersebut.
Nah....bagaimana dengan pelajaran IPA? Secara nalar, hirarki sebuah konsep itu tidak dapat diputus di jalan, atau digabung dengan menghilangkan sebagian dan memunculkan sebagian yang lain karena hal tersebut akan menghilangkan ketersambungan materi dipandang dari peningkatan pemahaman siswa dalam menerima sebuah konsep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar