Matematika itu gampang!
matematika itu menyenangkan!
matematika itu ndak sulit!
matematika membuat hidup jadi lebih hidup!
Apa ya PMRI ? PMRI yaitu Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia yang secara konkret mengajak siswa belajar matematika tidak hanya dengan menyuapi saja konsep dan rumus kepada siswa.
Dalam PMRI, siswa diajak mengetahui alasan yang pasti mengapa mereka menjawab dengan jawaban yang bertanggungjawab dan ada alasan. Matematika membuat anak mengerti secara nalar sebuah proses yang harus mereka kerjakan, bukan hanya mereka hanya tahu bahwa "saya menjawab ini karena rumusnya ini" tetapi " saya menjawab ini karena alasannya begini....."
Dalam model PMRI ini, guru hanya sekedar mediator bagi siswa. Sebagai seorang mediator, guru menempatkan ide-ide siswa ke dalam konteks pelajaran, menghubungan pemikiran-pemikiran yang muncul satu dengan lainnya, dan membantu siswa memformulasikan dan merealisasikan ide-ide mereka.
Artinya : Guru tidak hanya mengajarkan rumus-rumus kepada siswa sementara siswa hanya menghafal dan menuliskan kembali dalam buku catatannya tanpa memahami apa maksud gurunya. Sehingga ketika suatu materi memerlukan pengembangan rumusannya, siswa kebingungan. Contoh : Ketika seorang guru mengajarkan pengukuran dengan satuan baku (cm) untuk kelas 2, seorang guru tidak perlu sampai mendoktrin siswa cara mengukur dengan benar, biarkan merek mengeksplornya dengan beberapa kasus yang kita berikan. Guru perlu memberikan alat peraga satuan cm dan m, kemudian mengajak siswa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari (mengukur benda di sekitarnya, membandingkan antara satuan cm dan m, mengenal satuan m melalui cm, dan menggunakan alat yang ukurannya tidak dimulai dari nol/penggaris putus bagaimanakah digunakan untuk mengukur). Setelah dikembangkan nalar siswa maka perlu diarahkan pada satu konsep yang benar yang berasal dari rumusan siswa baik individu maupun kelompok dan dijadikan konsep bersama.
Selain itu, nilai positip yang bisa diambil dari metode PMRI ini adalah menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa melalui presentasi yang rutin dijadwalkan secara bergilir untuk siswa mempertahankan jawaban yang diberikan. dengan demikian siswa terbiasa dalam komunikasi ilmiah di dalam kelas dan belajar menghargai pendapat orang lain sebagaimana yang dicontohkan oleh guru ketika menampung semua jawaban siswa dengan cara yang baik.
Mengapa disebut Modal Amal? ya...disinilah kerja kkeras seorang guru dibutuhkan. Tidak gampang menjadikan siswa menjadi sentral belajar, karena selama ini yang sering kita dapatkan dalam proses mengajar di kelas adalah guru sebagai sentral ilmu, semua ilmu dari guru, semua rumus dari guru dan semua keputusan dari guru.
Semoga sedikit kupasan ini membuat kita berpikir positip untuk masa depan matematika anak-anak kita, khususnya di SDIT Al Uswah. Sudahkah konsep matematikanya tersusun dengan baik? dibawa kemanakah pembelajaran matematika di sekolah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar