Bila kita anak-anak SD? "Pelajaran apa yang paling sulit?" Mayoritas mereka mengatakan Matematika. Mengapa? Padahal, ketika ada UNAS kelas 6, ternyata bidang studi tersulit saat UNAS, bukanlah matematika, karena soalnya jelas dan SKLnya mudah ditebak.
Mudah tidaknya pelajaran matematika atau pelajaran lainnya, tergantung dari bagaimana guru itu mengajarkannya pada murid.
Oleh karena itu, bagi seorang guru matematika (dan pelajaran lainnya) syarat mutlak untuk mengajar adalah kompetensi pada bidang studi yang diajarkan.
Oleh karena itu, seringkali ketika kami berkumpul dengan beberapa teman yang mengajar dengan bidang studi yang sama, konsep dasar mengajar sering menjadi bahan pokok pembicaraan. Sehingga muncul juga beberapa celetukan dari beberapa teman ketika ada info salah seorang guru harus pindah tempat mengajar (wah...diskusi matematika dengan siapa lagi?).
Memang... gampang-gampang susah mengajar matematika pada anak SD. Ketika kami sempat diskusi dengan beberapa guru, (maaf) ternyata kami memang butuh sarana untuk diskusi cara mengajarkan konsep matematika sesuai dengan usia mereka.
Contoh ketika mengajarkan cara perkalian dan pembagian bersusun, harusnya ada tahapan yang dilalui oleh seorang guru agar anak tidak hanya mengikuti rumus guru tanpa tahu alasannya bagaimana rumus itu sudah muncul. Perkalian susun panjang dan pendek itu adalah tahapan mengajarkan konsep kepada anak, tidak bisa kita meloncati satu tahapan dan langsung mengajarkan konsep tanpa mengajarkan tahapannya.
Demikian juga ketika kita mengajarkan pembagian bersusun.pendek, tentunya kita harus mengajarkan pembagian susun panjang terlebih dahulu. Mengapa? karena seorang anak tidak hanya butuh dapatt mengerjakan soal tetapi juga harus bisa memahami materi tersebut. Kita harapkan dengan runtutnya materi yang kita berikan kepada siswa, mereka menjadi kritis dan memunculkan nalar berpikir karena dasarnya sudah jelas buat mereka.
Maka, SEBUAH KEHARUSAN SEORANG GURU MATEMATIKA MEMAHAMI KONSEP MATEMATIKA YANG BENAR dan mampu mengajarkannya kepada siswa. Karena matematika adalah konsep yang bersifat hirarkis, artinya konsepnya secara bertahap diberikan kepada siswa tanpa dapat dihilangkan sebagiannya, karena ditakutkan akan ada yang hilang dari konsep yang dimiliki siswa tersebut.
Contoh sederhana ketika kami sempat diskusi tentang materi menghitung luasan bangun datar. Ternyata ada satu konsep yang hilang yang menurutnya tidak perlu diajarkan karena tidak ada indikatornya, yaitu bagaimana menghitung luas bangun datar yang mempunyai bentuk tidak teratur dengan menggunakan satuan petak. Padahal konsep itu ternyata tidak akan dijumpai lagi oleh siswa ketika belajar di kelas lanjutan/atasnya. Tetapi konsep ini sangat penting dimiliki oleh siswa sebagai pengetahuan umum.
Takutnya, sebuah ironi, ketika siswa kita ditanya bagaimana menghhitung luas sebuah gambar daun dengan mengguunakan satuan petak dan... mereka tidak bisa menjawabnya, dan menjelaskan kalau tidak bisa karena tidak pernah diajarkan.
maka..... marilah kita tingkatkan pemahaman dasar kita tentang pelajaran yang menjadi amanah kita. Dan mungkin bisa menjadi renungan kita bersama..... perlunya pembahasan yang serius tentang kompetensi dasar seorang guru, sebelum mereka mendapatkan amanah. Dan dengan adanya MGMP bidang studi bisa menjadi solusi apabila ada pembimbing yang mampu mengajak guru-guru yang sebidang studi menjadi lebih bermanfaat terhadap semuanya.
YESS .....SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar